BINATANG
LANGKA DI INDONESIA
1.
Anoa (Bubalus guarlesi dan Bubalus
depressicornis)
Anoa merupakan satwa endemik Pulau Sulawesi, khususnya
Sulawesi Tenggara. Terdapat dua spesies Anoa yaitu Anoa Pegunungan (Bubalus
guarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis). Secara fisik Anoa
mirip kerbau tapi memiliki tanduk lurus meruncing ke arah belakang dan memiliki
berat antara 150 kg sampai 300 kg, kira-kira sebesar kambing. Anoa masih bisa
ditemukan di daerah Amolengo, Tanjung Peropa, Buto Utara,Tanjung Batikolo,
Lambusango, dan Mangolo. Namun karena aktivitas pertambangan dan perambahan
hutan, saat ini diperkirakan jumlah Anoa tidak sampai 1.000 ekor.
2.
Badak Bercula Satu atau Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
Badak jawa dapat hidup
selama 30-45 tahun di alam bebas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran
rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir besar. Badak jawa
kebanyakan bersifat tenang, kecuali untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan
anak, walaupun suatu kelompok kadang-kadang dapat berkumpul di dekat kubangan
dan tempat mendapatkan mineral. Badak dewasa tidak memiliki hewan pemangsa
sebagai musuh. Badak jawa biasanya menghindari manusia, tetapi akan menyerang
manusia jika merasa diganggu. Peneliti dan pelindung alam jarang meneliti
binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan adanya bahaya
mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti menggunakan kamera dan sampel
kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa lebih
sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.
3.
Beruang Madu (Helarctos malayanus)
Beruang
Madu merupakan jenis beruang dengan ukuran terkecil di dunia dengna panjang
mencapai 1,40 meter. Satwa langka yang menjadi maskot Kota Bengkulu dan Kota
Balikpapan ini merupakan salah satu satwa langka yang dilindungi. Meskipun
penyebarannya mencakup Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan, saat ini
keberadaannya di alam bebas sulit ditemukan. Satwa langka yang memiliki nama
latin Helarctos malayanus ini memiliki tubuh berwarna hitam legam dengan
sedikit bulu-bulu putih kekuningan berbentuk “V” dibagian dadanya. Mulutnya
berwarna lebih cerah dari warna badannya. Beruang madu memiliki kuku yang panjang
untuk memanjat pohon. Makanan kesukaannya adalah sarang lebah sehingga beruang
terkecil ini dinamakan Beruang Madu.
4.
Burung Cenderawasih Mati-Kawat (Seleucidis melanoleuca)
Keindahan Burung Cenderawasih sudah
terkenal ke seluruh penjuru dunia sehingga burung ini disebut sebagai Bird of
Paradise. Burung Surga yang hanya ditemukan di Pulau Papua ini memiliki sampai
30 spesies yang salah satunya adalah Seleucidis melanoleuca yang dilindungi
negara. Spesies yang juga dinamakan Twelve-wired Bird of Paradise ini memiliki
paruh yang panjang dan ekor yang pendek. Burung pengkicau ini memiliki cirri
khas bulu kecil seperti kawat yang melengkung ke atas, namun kawat ini hanya
ditemui pada spesies jantan. Bulu kawat ini tidak bisa dilihat dari jarah jauh
dan kadang hanya bisa dikenali dari suara kepakan sayap saat terbang. Burung
Cenderawasih Mati-kawat ini bisa ditemukan di Pulau Salawati (Papua Barat)
sampai Sungai Membramo dan Teluk Milne (Papua Nugini).
5. Elang Bondol (Haliastur indus)
Elang Bondol seharusnya menjadi
satwa terkenal karena pemilik nama latin Haliastur indus ini menjadi maskot
Provinsi DKI Jakarta. Namun tidak banyak yang menyadari keberadaan Elang
Bondol, padahal Elang Bondol sempat dijadikan logo Busway Transjakarta. Elang
Bondol gampang dikenali dengan bagian kepala yang berwarna putih dan badan yang
berwarna cokelat pirang. Karena berkepala putih, Elang Bondol seolah-olah bulu
pada kepalanya terkelupas sehingga disebut Elang Bondol. Saat ini Elang Bondol
hanya bisa didapatkan di Kepulauan Seribu, padahal dulu Elang Bondol banyak
hidup di pesisir Jakarta Utara. Mirisnya, Elang Bondol yang seharunya
dilindungi negara malah diperdagangkan secara ilegal di situs jual beli, salah
satunya di Berniaga.Com.
6. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
Kemasyhuran Jalak
Bali sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia. Tidak hanya memiliki suara yang
bagus, Jalak Bali juga mempunyai bentuk tubuh yang indah. Jalak Bali memiliki
bulu berwarna putih hampir di seluruh tubuhnya kecuali pada bagian ujung ekor
dan ujung sayapnya yang berwarna hitam. Uniknya, pada bagian pipi tidak
ditumbuhi bulu dan berwarna biru. Sedangkan kaki spesies Leucopsar rothschildi
ini berwarna keabu-abuan. Karena keunikannya, Jalak Bali dijadikan maskot
Provinsi Bali. Karena penampilannya yang indah, Jalak Bali menjadi burung
favorit bagi para kolektor dan pecinta burung. Permintaan ini yang menyebabkan
populasi Jalak Bali semakin berkurang, selain juga karena hilangnya habitat
aslinya.
7.
Harimau Sumatera (Panthera
tigris sumatraensis)
Harimau Sumatera merupakan subspesies harimau terkecil yang
masih ada. Jumlah populasi Harimau Sumatera juga terbilang kecil karena tidak
mencapai angka 500 ekor. Perambahan hutan dan perburuan ilegal menjadi penyebab
utama menurunnya jumlah populasi Harimau Sumatera. Harimau Sumatera dikenal
unik karena memiliki tubuh dengan pola berwarna hitam yang cukup tebal
dibanding subspesies lainnya. Jarak antara belangnya cukup dekat dan kadang
terlihat berdempetan. Warna badan Harimau Sumatera juga yang paling gelap di
antara subspesies harimau lainnya, mulai dari kuning kemerahan sampai oranye
tua. Harimau Sumatera memiliki selaput di sela jari-jarinya yang
memungkinkannya untuk berenang dengan cepat.
8.
Gajah Sumatera (Elephas maximus
sumatranus)
Gajah Sumatera merupakan mamalia terbesar di Indonesia,
sayangnya jumlah populasi pemilik nama latin Elephas maximu sumatranus ini
berkurang drastis. Selain perburuan gadingnya, Gajah Sumatera juga kerap
dibunuh karena merusak perkebunan warga, seperti yang terjadi di Taman Nasional
Tesso Nilo beberapa waktu lalu. Pembukaan hutan secara besar-besaran
menghancurkan ekosistem Gajah Sumatera sehingga hewan langka yang harus
dilindungi ini malah “disiksa di rumahnya sendiri”. Berdasarkan survei
terakhir, saat ini jumlah Gajah Sumatera diperkirakan hanya sekitar 300 ekor.
Kita hanya bisa berharap pada konservasi gajah di Taman Nasional Way Kambas
sehingga Gajah Sumatera tetap lestari.
9.
Elang Jawa (Nizaetus
bartelsi)
Elang Jawa yang mempunyai nama latin Nizaetus bartelsi
merupakan satwa endemik Pulau Jawa. Elang Jawa ini merupakan satwa yang paling
mirip dengan lambang Negara Republik Indonesia, Burung Garuda. Mirisnya, jumlah
Elang Jawa semakin menurun karena perburuan ilegal. Elang Jawa memiliki ukuran
tubuh yang cukup besar mencapai 70 cm dengan jambul yang mencapai panjang 12
cm. Selain jambul panjangnya, Elang Jawa juga memiliki tengkuk yang berwarna
coklat kekuningan, kalau terkena sinar matahari akan terlihat keemasan. Warna
tubuhnya didominasi warna coklat dengan garis-garis hitam yang terlihat jelas
saat terbang. Elang Jawa sebenarnya menyebar hampir di seluruh Pulau Jawa,
namun kini Elang Jawa hanya tinggal di hutan-hutan primer untuk menghindari
para pemburu.
10.
Komodo (Varanus komodoensis)
Komodo, atau
yang selengkapnya disebut biawak komodo adalah spesies kadal terbesar di dunia
yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa
Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama
setempat ora. Namun masih banyak orang Indonesia yang belum tahu bahwa saat ini
hanya tersisa 2.500-4.000 ekor Komodo yang tersebar di Pulau Komodo, Pulau
Rinca, dan di Pulau Flores. Komodo merupakan kadal raksasa dengan ukuran tubuh
yang bisa mencapai panjang hingga 2-3 meter dan bobot 60 kg. Sejauh ini pernah
ditemukan komodo raksasa dengan bobot 166 kg (termasuk berat makanan yang belum
dicerna di dalam perut) dan panjang 3,13 meter. Komodo termasuk hewan
karnivora walaupun pada kenyataannya lebih banyak memakan bangkai hewan.
TUMBUHAN
LANGKA DI INDONESIA
1.
Bunga Edelweis
Edelweis mempunyai nama latin
Anaphalis javanica. Edelweis disebut bunga abadi karena bunga ini terbukti
tidak layu setelah dipetik dari tangkainya, tetapi langsung mengering tanpa berubah
bentuk dan penampilannya. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian 8 m dan
memiliki batang sebesar kaki manusia. Tumbuhan ini bisa ditemukan di berbagai
pegunungan tinggi Indonesia seperti Jawa, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan
dan Lombok.
2.
Bunga Bangkai
Amorphophallus
titanum atau Titan Arum atau biasa disebut Bunga Bangkai merupakan tanaman asli
Sumatera yang terkenal memiliki kelopak raksasa serta bau tak sedap layaknya
daging busuk. Bunga tanaman ini tinggi besar, bahkan lebih tinggi dari manusia.
bunga bangkai bisa mencapai tinggi 1 meter bahkan hingga 3 meter. Tanaman ini
banyak ditemukan di pedalaman atau hutan-hutan Sumatera.
Tumbuhan
ini memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian, fase
vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif muncul daun dan batang
semunya. Tingginya dapat mencapai 6m. Setelah beberapa waktu (tahun), organ
vegetatif ini layu dan umbinya dorman. Apabila cadangan makanan di umbi
mencukupi dan lingkungan mendukung, bunga majemuknya akan muncul. Apabila
cadangan makanan kurang tumbuh kembali daunnya.
Bunganya
sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti lingga (sebenarnya adalah tongkol
atau spadix) yang dikelilingi oleh seludang bunga yang juga berukuran besar.
Bunganya berumah satu dan protogini: bunga betina reseptif terlebih dahulu,
lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah
penyerbukan sendiri.
3.
Raflesia Arnoldi
Rafflesia hidup di Tama Nasional Bengkulu,
mempunyai ukuran dengan diameter bunga yang hampir mencapai 1 meter. Bunga ini
terkenal dengan sebutan bunga bangkai karena mengeluarkan bau busuk yang
menyengat. Bau busuk yang dikeluarkan oleh bunga digunakan untuk menarik lalat
yang hinggap dan membantu penyerbukan. Raflesia Arnoldi merupakan tumbuhan
parasit yang memerlukan inang untuk hidupnya. Saat ini kondisi habitat Raflesia
Arnoldi sangat memprihatinkan sehingga jumlahnya menurun drastis dari tahun ke
tahun. Menyusutnya habitat bunga tersebut di antaranya disebabkan kegiatan
manusia seperti pembukaan wilayah hutan baik untuk kegiatan pertambangan,
pertanian, maupun permukiman.
4.
Tembesu
Tembesu (Fagraea
fragrans) termasuk kedalam famili Loganiaceae. Daerah penyebarannya Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Jawa Barat, Maluku, dan Irian Jaya. Tempat tumbuh pada
tanah datar dan sarang atau tempat yang tidak becek, tanah liat berpasir,
dengan type curah hujan A sampai B pada ketinggian 0–500 dpl.
Tinggi
pohon tembesu mencapai 40 m, dengan panjang batang bebas cabang sampai 25 m,
diameter 80 cm atau lebih, dengan batang tegak dan tidak berbanir. Kulit luar
berwarna coklat sampai hitam, beralur dangkal dan sedikit mengelupas. Kayunya
keras berwarna kuning emas tua atau coklat jingga, dan termasuk ke dalam kelas
awet satu.
5.
Daun Sang
Tumbuhan Daun Sang ini
mempunyai ukuran daun yang sangat besar mencapai 6 meter. Lebar daunnya
mencapai 1 meter.
Daun Sang adalah
tanaman endemik Sumatera, yang hanya bisa ditemui di kawasan Aras Napal,
Besitang. Sebuah wilayah di Kabupaten Langkat yang termasuk dalam kawasan Taman
Nasional Gunung Leuser.
Daun Sang yang
mempunyai nama ilmiah Johannestijsmania altifrons, nama ilmiah daun sang
diambil dari nama Profesor Teijsman (Elias Teymann Johannes) seorang ahli
botani dari Belanda yang pertama kali menemukan genus tanaman unik ini di
pedalaman Sumatera Indonesia pada awal abad ke-19.
6.
Kantong Semar
Tumbuhan kantong semar (Nepenthes
sp.) merupakan tumbuhan karnivora. Tumbuhan ini memiliki organ berbentuk
kantong yang menjulur dari ujung daunnya. Pada bagian tutup kantong terdapat
kelenjar nektar yang menarik serangga. Tanaman ini menyerap nutrisi dari
serangga yang terjebak di dalam kantongnya. Serangga-serangga itu dihancurkan
oleh semacam senyawa menyerupai asam lambung lantas dihisap sari-sarinya.
Kantong Semar bisa ditemukan di Asia Tenggara, terutama di Indonesia. Indonesia
memiliki species kantong semar paling banyak di dunia.
7.
Anggrek
Hitam
Anggrek hitam
adalah spesies anggrek yang hanya tumbuh di pulau Kalimantan. Anggrek hitam
adalah mascot flora provinsi Kalimantan Timur. Saat ini, habitat asli anggrek
hitam mengalami penurunan jumlah yang cukup besar karena semakin menyusutnya
luas hutan di Kalimantan namun masih bisa ditemukan di cagar alam Kersik Luway
dalam jumlah yang sedikit. Diperkirankan jumlah yang lebih banyak berada di
tangan para kolektor anggrek.
Dinamakan anggrek hitam karena
anggrek ini memiliki lidah (labellum)
berwarna hitam dengan sedikit garis-garis barwarna hijau dan berbulu.
Sepal dan petal berwarna hijau muda. Bunganya cukup harum semerbak dan biasa
mekar pada bulan Maret hingga Juni. Anggrek hitam termasuk dalam anggrek
golongan simpodial dengan bentuk bulb membengkak pada bagian bawah dan daun
terjulur di atasnya. Setiap bulb hanya memiliki dua lembar daun saja. Daunnya
sendiri mirip seperti daun pada tunas kelapa muda.
8.
Cendana
Cendana
(Santalum album). Cendana atau cendana wangi, merupakan tanaman langka
penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Kayunya digunakan sebagai
rempah-rempah, bahan dupa, aroma terapi, campuran parfum, serta sangkur keris
(warangka). Cendana adalah tumbuhan parasit pada awal kehidupannya. Kecambahnya
memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya, karena perakarannya
sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya. Karena prasyarat inilah cendana
sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan. Kayu cendana wangi (Santalum album)
kini sangat langka dan harganya sangat mahal. Kayu cendana dianggap sebagai obat
alternatif untuk membawa orang lebih dekat kepada Tuhan. Minyak dasar kayu
cendana, yang sangat mahal dalam bentuknya yang murni, digunakan terutama untuk
penyembuhan cara Ayurveda, dan untuk menghilangkan rasa cemas.
9.
Mimba
Mimba
(Azadirachta indica). Tanaman langka ini mempunyai nama lain Mimbo atau Mimba.
Tanaman langka ini merupakan pohon yang tinggi (Arbor) batangnya dapat mencapai
20 m bahkan lebih. Kulit batangnya tebal, batang agak kasar, daun menyirip
genap, dan berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan
buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba dihasilkan dalam
satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya
berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat
kulit buah berwarna putih. Tanaman ini bisa digunakan sebagai pestisida nabati.
Karena daun mimba mengandung senyawa-senyawa yang dapat mengendalikan hama
tanaman, diantaranya adalah sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin,
quercitrin, rutin, azadirachtin, dan nimbine.
10.
Damar
Damar, Kopal
Keruling (Agathis labillardieri). Tanaman langka ini berasal dari papua. Damar
adalah salah satu jenis pohon potensial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Tanaman langka ini tingginya bisa mencapai 60 m dan dimeternya 2 m.